top of page

BASKARA

  • Writer: satyadharma
    satyadharma
  • Jul 30, 2023
  • 3 min read

Ranjana Diana, itu namaku. Biasanya orang memanggil Ranjana, tapi jika merasa terlalu panjang mereka cukup memanggilku Jana. Biodata tempat tanggal lahir ataupun motto hidup? Aku rasa tidak perlu aku jelaskan untuk saat ini. Namun, jika kalian ingin mengetahuinya tentu kita bisa bicarakan lewat personal chat. Pernah menjabat sebagai ketua OSIS ketika SMA dan mendapatkan tanggung jawab mengurus beberapa program kerja. Bersama Baskara-lah aku menjalankannya. Baskara ini, teman sekelas aku juga Presidium MPK pada periode kemarin.

Baskara cukup dapat aku andalkan. Kita tidak pernah terlibat perdebatan sengit sebelumnya, bahkan kita dijuluki “Lovebird” mengingat dimana ada aku di situlah ada Baskara. Namun, namanya organisasi tidak akan pernah semulus itu meskipun banyak orang terlalu berlebihan memuji kita berdua. Semua itu terjadi ketika perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Masalah konsep aja kita harus debatin selama beberapa hari?” Baskara

bertanya cukup sengit.


Kita memang sering terlibat perdebatan kecil, tapi pada akhirnya masalah dapat kita selesaikan dalam satu hari. Namun, untuk perdebatan kali ini sudah memakan waktu hampir satu minggu. Tidak ada yang berani menengahi. Bahkan anggota kami memilih untuk keluar ruangan atau pura-pura tidak mendengar, supaya tidak terlibat dalam suasana mencekam.


“Loh, kamu yang masih aja bahas konsep kan?” tukasku tak mau mengalah.

Memang dasarnya aku ini keras kepala dan tidak mau mengalah.

Baskara berdesis pelan. “Ya kalau nggak dibahas kapan ada keputusannya,

Ranjana? Sekarang gini, mau kamu gimana? Kalau aku pribadi lebih suka

konsep biasanya yang modern!”


Emosiku menyulut melihat kilatan amarah pada mata almond itu. “Kan aku

udah bilang, yang lain maunya konsep sebelum merdeka. Lagian sebagai anak

muda kita juga perlu tahu! Kenapa sih pikiran kamu terlalu kuno?”


“Kuno gimana maksudnya? Konsep setelah kemerdekaan kamu bilang kuno?

Justru yang kuno itu pikiran kamu!” balasnya.


Aku sungguh tidak terima. Seorang Antares Baskara mengatakan hal itu!

Aku berdecih tak suka. Terang-terangan aku menunjukkan protes terhadapnya. Biar saja, biar dia mengerti bahwa aku tidak suka dengan ucapan dan pemikirannya.


“Indonesia emang udah maju, ngapain kamu masih pakai konsep itu? Ngapain

masih mengulang-ulang konsep perayaan itu sedangkan setiap tahun kita

udah pakai?”


“Guys c’mon.” Orion pada akhirnya angkat suara. “Bilangin tuh sama temen

kamu buat nggak pakai konsep yang terus kita ulang tiap tahunnya!” sungutku.


Baskara tampak hendak mendebat, tapi Orion dapat segera membungkam agar tetap diam.


Orion berdehem pelan. “Gini, konsep lama emang bagus. Konsep yang Ranjana

usulkan juga bagus. Kenapa kita harus debatin kalau dua konsep bisa

digabungkan?”


“Nah, betul itu!” Kini suara-suara itu mulai berani terdengar. Aku menarik napas

panjang.


Sebenarnya Aku lumayan setuju jika keputusannya akan digabungkan, tapi melihat gelengan kepala Baskara membuat emosiku kembali meledak.


“Aku nggak setuju!” sahut Baskara cepat.


Aku berdiri dari posisiku. “Apa-apa nggak setuju, mau kamu apa sih?!” Kali ini

bukan balasan nada tinggi yang Baskara berikan.


Melainkan tawa berat dari laki-laki itu. Aku melotot tak percaya. Melihat semuanya kini tertawa dan Baskara yang melakukan tos dengan Orion membuatku semakin bingung.


“Ini kenapa?” tanyaku tak mengerti.


Baskara menatapku masih dengan sisa tawanya. “Misi kita berhasil. Kamu kalau

nggak diginiin mana mau angkat suara? Konsep kamu tuh bagus, cuma gitu…

kamu suka minder buat kasih usulan. Harus lewat aku dulu baru bisa

tersampaikan.”


“Jadi selama ini…?” Bahuku meluruh. Waktuku terbuang sia-sia untuk berdebat

panjang dengan Baskara. Bahkan aku beberapa kali menangis, takut jika

hubungan aku dengan Baskara harus merenggang.


Baskara tertawa. “Good job, Ranjana. Maaf ya…buat kamu kesel beberapa hari

ini.”


Aku akui Baskara pandai dalam bermain peran. Begitu juga dengan yang lainnya. Kini aku mengerti bahwasanya kita harus berani mengeluarkan pendapat kita, kita juga harus bisa menerima pendapat dan masukan dari orang lain.


“Jadi kita pakai konsep gabungan?”

 
 
 

Recent Posts

See All
Sidang Istimewa

Sidang istimewa tengah dilaksanakan di ruang pertemuan sepulang sekolah. Keputusan ini diambil ketika protes tidak mendapat tanggapan...

 
 
 

Comments


Post: Blog2 Post
  • Instagram
  • Facebook
  • YouTube

satyadharma. all right reserved. ©2022

bottom of page